Pernahkah kamu menonton film di televisi swasta Indonesia, kemudian saat sedang melihat suatu adegan “yang mengundang” seperti aurat, kekerasan, aurat yang menyebabkan kekerasan. Tiba-tiba muncul adegan slow motion atau blur sana-sini ? Yap, itu adalah film yang sudah diedit (disensor) oleh lembaga atau pihak-pihak yang menayangkan. Nyebelin ya
Lembaga atau pihak sensor film (terlepas siapa yang melakukannya melakukan “sortir”), dapat menyensor atau menyortir tayangan mana yang tidak boleh dan mana yang boleh diberikan kepada permirsa. Tujuan mereka sebetulnya baik, agar masyarakat Indonesia tidak melihat adegan-adegan yang tidak pantas atau meniru adegan tersebut. Namun menurut saya sensor-sensor jaman sekarang sedikit berlebihan. Kenapa saya sebut jaman sekarang, karena tayangan pertelevisian Indonesia jaman sekarang berbeda dengan jaman dahulu.
Dahulu kala adegan yang disensor adalah adegan berhubungan badan dan … kayaknya itu doang deh soalnya adegan ciuman, cewek berbaju sexy, dan adegan berdarah-darah masih bisa kita saksikan. Bahkan dahulu kita dapat menonton acara Baywatch di televisi swasta di jam 8 malam (mantab ga tuh). Saya sendiri tidak pernah melewatkan acara tersebut, acara itu memang bagus walaupun saya tidak mengerti jalan ceritanya karena sepanjang acara saya hanya menjadi pengamat fashion. Bahkan saya bercita-cita menjadi korban tenggelam agar bisa diselamatkan oleh Pamela Anderson. Tapi itu dulu… jika Baywatch ditayangkan sekarang, mungkin tidak akan sama lagi. Mungkin kalau Baywatch masih ditayangkan hingga saat ini saya akan melihat : opening song – iklan – ending song. Sayonara sodara-sodara !!!
Semakin kesini, makin banyak yang disensor oleh KPI, apalagi kalau menyangkut aurat wanita. Kita sering melihat di televisi ada wanita yang dibagian dadanya diblur, entah karena disensor atau jangan-jangan bentuknya memang seperti itu. Alasannya diblur juga macam-macam. Bisa karena mengumbar aurat, pakaiannya terbuka, bahkan bisa karena alasan “ukurannya” terlalu besar. Saya pernah melihat sebuah acara infotaiment sedang mewawancarai grup Duo Srigala. Mereka berdua (Duo Srigala) tidak goyang driblle, tidak memakai baju terbuka, cuma diajak ngobrol tapi anehnya di dada mereka ada sensor berupa kotak hitam. Saya kan jadi bingung, ini acara infotainment apa kuis tebak gambar ?
Adegan kekerasan juga mengalami sensor. Film action terutama film barat adalah media dimana kita akan mengalami yang namanya de javu berkali-kali. Sering kali saat adegan berantem (saat bagian dipukul, ditembak, atau berdarah) tiba-tiba adegan sebelumnya ditampilkan lagi (biasanya ditampilkan slow motion). Efek sensor ini sama saat adegan ciuman. Mau ciuman, tiba-tiba slow motion… bibir dah deket… tiba-tiba muncul adegan sebelum ciuman (masih slow motion), kemudian iklan. Ngok…
Adegan orang merokok sekarang juga ikut-ikutan disensor. Dulu kita melihat jagoan di sebuah film beraksi sambil menghisap cerutu, cigarette, samsu. Sang jagoan jadi terlihat lebih gagah and macho. Tapi sekarang saat jagoan sedang merokok, batang rokoknya disensor, diblur. Ini mirip seperti film dewasa Jepang, ada bagian tubuh tertentu yang diblur juga. Karena hal ini, saya pun jadi suka berburuk sangka saat ada adegan jagoan menghisap sebuah batang kemudian diblur, entah itu batang rokok, atau batang …. Ah sudahlah. Kita tidak boleh berburuk sangka.