
“Selama kamu ngerti caranya belajar, kamu bisa belajar apapun.” Kalimat itu diucapkan oleh Fajar Warmit, pengisi kelas pertama dalam program Stand Up Indo Bogor Class, sebuah ruang belajar yang diinisiasi komunitas Stand Up Indo Bogor di Groovy Space, Bogor.
Program ini lahir dari dua founder komunitas, Athaya Mubarak dan Rifky Mulyadi Gusti, yang punya satu visi sederhana, yaitu menciptakan komika yang bukan cuma lucu, tapi juga berilmu.
Kelas ini gratis dan berjalan setiap akhir pekan, khusus untuk anggota komunitas. Tapi ada satu aturan: kalau kamu bolos, kamu bayar denda Rp150.000. Tujuannya bukan buat malak, tapi buat menanamkan prinsip kalau sesuatu yang gratis tetap harus dihargai. Pada dasarnya, ilmu itu mahal, tapi Stand Up Indo Bogor berupaya membuat anak komunitasnya bisa mengakses ilmu semudah dan semurah mungkin.
Pemilihan Fajar Warmit sendiri untuk membuka kelas ini juga bukan sekadar karena dia adalah senior di Stand Up Indo Bogor. Tapi karena dia punya jam terbang, skill, dan rasa ingin belajar yang terus hidup.
Mulai open mic sejak kelas 3 SMA, Fajar sudah melangkah jauh. Dia pernah jadi opener Ernest Prakasa di special show Illucinati dan Susah Sinyal, serta beberapa kali tampil di Metro TV. Tapi yang menarik, perjalanan Fajar nggak berhenti di panggung stand up. Dia justru menemukan jalan baru di industri kreatif lewat skill public speaking dan storytelling-nya.
Kelas Fajar diberi nama ‘Belajar Bagaimana Caranya Belajar’, karena banyak dari kita sebenarnya bukan nggak mau belajar, tapi mungkin kita cuma nggak ngerti cara belajar yang benar.
Dan karena kelas ini dibuat oleh komunitas stand up comedy, maka, kelasnya juga nggak terlalu kaku atau serius. Kelasnya lebih diisi dengan diskusi lucu dan storytelling santai biar para peserta bisa mengunyah materi semudah mungkin.
Insight, Diskusi, dan Ilmu Apa Saja yang Dibahas di Dalam Kelas Pertama Ini?
Mungkin, banyak dari kita merasa sudah belajar banyak, tapi tetap aja sering muncul rasa “kok gue masih nggak ngerti-ngerti ya?” Nah, itu yang disebut illusion of competence. Kita merasa paham hanya karena sudah membaca atau mendengar, padahal sebenarnya kita masih berada di tahap belajar pasif yang sekadar mengonsumsi informasi.
Padahal, untuk benar-benar bisa, kita perlu masuk ke fase belajar aktif. Artinya, nggak cuma memahami, tapi juga mencoba, berdiskusi, dan mengaplikasikan apa yang kita pelajari ke situasi nyata.
Di kelas ini, Fajar mengenalkan Bloom’s Taxonomy secara sederhana: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, sampai menciptakan. Targetnya, anak-anak komunitas bukan cuma pulang dengan “gue ngerti,” tapi naik level ke “gue bisa membuat sesuatu dari yang aku pelajari.”
Makanya, kelas ini bukan cuma soal stand up comedy. Tapi juga berguna buat kamu yang ingin berkembang dalam komunikasi, rasa percaya diri, sampai cara berpikir.
Karena pada dasarnya, belajar itu nggak selalu butuh ruang kelas atau biaya besar. Sesederhana ikut komunitas, konsisten hadir setiap sesi, dan punya keberanian buat terlibat aktif, itu saja sudah jadi real learning experience yang sering kali nggak kamu dapetin di bangku kuliah.
Dari kelasnya Fajar Warmit, kita belajar satu hal: learn how to learn. Kamu bisa belajar apa aja. Nggak peduli kamu mahasiswa, pekerja, buruh pabrik, budak kreatif, atau lagi cari arah hidup, asal kamu punya kemauan dan lingkungan yang supportive, growth itu tinggal soal waktu.
