Otak kanan adalah soal original thinking, creative thinking, observational thinking, dan holistic thinking. Ini terlalu diforsir oleh orang-orang yang terlanjur ‘nyemplung’ di dunia kreatif. Makanya sering juga kita lihat orang-orang kreatif itu lelah meski tidak banyak lakukan gerak badan.
Entahlah, saya sering melihatnya begitu. Mungkin orang-orang kreatif ini lupa kalau di dalam kepalanya masih ada otak kiri.
Memang, dalam dunia industri kreatif dibutuhkan kreatifitas dan inovasi, tapi apa mereka lupa akan analitikal? Ini perkara otak kiri. Fenomena otak kanan inilah yang malah kebablasan oleh para pelaku industri kreatif.
Dan, mesti diingat pula, kreativitas tanpa analitikal akan menjadi sebuah ‘produk’ yang kurang relevan ketika disuguhkan pada konsumen.
Saya tidak ingin berandai-andai. Namun ini adalah faktanya, Wal-Mart, Amazon.com, dan Google; merupakan contoh betapa mereka ‘hanya’ memiliki kemampuan analitikal. Setiap keputusan (baca: produk yang dipasarkan) berdasarkan analisis dan kemampuan model. Perlukah digaris bawahi kata ‘model’-nya?
Model dalam arti adalah untuk membuat sebuah keputusan dari analisis yang didapat.
Dulu, Daryl Morey, seorang MBA lulusan MIT, direkrut oleh Houston Rockets untuk membuat berbagai analisis yang menghasilkan prediksi ke pertandingan yang akan datang. AC Milan memiliki Lab yang posisinya diisi oleh mereka yang analitikal mengenai pertandingan sampai kemungkinan pemainnya mengalami luka. Mereka menggunakan data-data fisik, ortopedi, dan psikologi para pemain. Pun lainnya.
Prediksi tersebut adalah model.
Kemampuan analitikal adalah kapasitas kelompok atau individu dalam penggunaan data, statistik, analisis kualitatif, berbagai model dan pengelolaan fakta. Implemetasi yang lebih efektif.
ilustrasi: dari sini
Thomas Davenport, profesor dalam bidang analitikal, membaginya jadi lima bagian. Namun, saya pikir, hal yang paling relevan dalam dunia Stand-up Comedy khususnya adalah Analytical Aspirations. Adalah mengintegrasikan data dari berbagai sumber. Melihatnya dari masa lampau yang kemudian dilakukan untuk masa mendatang. Merangkumnya menjadi suatu premis.
Premis itu urgent dalam Stand-up Comedy. Sebuah sikap seorang Komika mesti terlebih dulu ditanamkan dan disusun dalam premis. Atau, secara harfiah, premis adalah kesimpulan tanpa penjelasan. Simpulkan sesuatu tanpa perlu menjelaskan. Kembali pada implementasi yang lebih efektif tadi.
Kemampuan analitikal tidak bisa dianggap biasa. Inilah kemampuan yang tidak mudah ditiru. Inilah kemampuan yang membuat kita berbeda dengan satu dan lainnya. Inilah kemampuan untuk membuat kita mudah beradapatasi dengan persaingan.
Jadi, ketika sudah mentahbiskan diri ‘nyemplung’ ke dalam dunia kreatif, tidak melulu otak kanan yang digunakan. Masih ada otak kiri. Karena ketika otak kanan sudah ‘dahaga’, akan terus-terusan dirangsang dengan hal-hal inspiratif, patriotik, sensasional dan lain-lain. Sampai-sampai hanya membentuk seorang konseptor.
Ya, bagi seorang konseptor, demokrasi adalah teror. Demokrasi dalam melihat data dan mengolahnya. Demokrasi dalam menyeimbangkan antara otak kanan dan otak kiri. Otak kanan untuk mengembangkan suatu inovasi, tapi sebelumnya gunakan otak kiri untuk menganalisisnya terlebih dulu.
Perpustakaan Teras Baca, 30 April 2014
Sumber bacaan: Artikel Handi Irawan. D, di Majalah Marketing bulan Mei 2009, Jangan Lupakan Otak Kiri: Be Analytical dan Buku: Membina Watak Anak, Dr. Benjamin Spoke.