The Beatles pun Open Mic

Saya selalu suka datang ke open mic. Di sana, saya sering mendapat hal-hal baru yang jauh akan ekspetasi sebelumnya. Mendengar komika menguji materi baru, delivery yang baru, sampai sekedar menguji keberanian untuk bicara di depan banyak orang. Seru.

Memang, banyak yang beranggapan datang ke open mic tidak seenak datang ke pertunjukan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, tapi pertunjukan berawal dari serentetan open mic yang diuji berkali-kali. Puluhan? Lebih.

An open mic is a live show where audience member may perform at the microphone. Usually, the performers sign up in advance for a time slot with the host or MC. Yup, siapa pun bisa untuk open mic.

The Beatles pun demikian. Mereka (The Beatles) lahir dari panggung open mic yang dilakukan kurang-lebih tiga tahun lamanya. Tiap malam, dari klub ke klub di Liverpool dan Hamburg, menyanyikan lagu-lagu sendiri juga mengaransemen ulang lagu oranglain yang sudah terkenal. Sebelum pada akhirnya mereka bertemu dengan Brian Epstein, yang kemudian menjadi manajernya dan dipertemukan dengan seorang produser profesional, George Martin, karena musikalitas yang sudah teruji secara matang.

Bayangkan, tiga tahun hanya latihan di open mic tanpa sekali pun berani masuk dapur rekaman. Sekitar 10.000 jam lebih The Beatles di sana. Begitulah alasan mereka bisa dianggap sebagai band yang memiliki ide-ide progresif. Pula, berpengaruh terhadap revolusi sosial-budaya dekade 60-an.

Bukan hanya itu, The Beatles pun sering dicemooh oleh penonton/pengunjung klub untuk tidak lagi bermusik. Bahkan, dilempari makanan saat bernyanyi di panggung open mic.  Itu penghinaan, tapi mereka tetap bertahan. Tetap bermusik

Jadi, saya selalu menunggu hal-hal semacam itu. Hal-hal yang jauh akan ekspetasi saya sebelumnya datang ke open mic. Mungkin bagi komika, ini sebagai laboratorium (begitu yang disebut Pandji dalam bukunya Merdeka Dalam Bercanda). Tapi, bagi saya, datang ke open mic bisa melihat generasi-generasi baru di aliran yang berbeda: Stand-up Comedy.

Tidak lagi sembarangan datang ke pertunjukan stand-up comedy yang sedang menjamur di setiap daerah di seluruh Indonesia. Karena kita sendiri sudah tahu track record-nya di panggung open mic. Kita tahu komika yang sudah teruji secara matang di panggung open mic yang banyak dibilang ‘kejam’. Learning by doing.

Perpustakaan Teras Baca, 21 Oktober 2013

Share :

Twitter
Telegram
WhatsApp