Masih ingat Jamu Jago? Dengan logo ayam jantan berwarna kuning itu. Semasa kecil, meminum jamu adalah ‘keharusan’ tersendiri sebelum main bola dengan teman lainnya.
Entah, tapi setelah minum jamu seakan saya mendapat suggesti menjadi pemain bola sungguhan. Saya bisa menggocek sana-sini layaknya Ronaldo ketika masih mengenakan seragam Inter Milan. Pula, karena khasiat-khasiat yang terkandung di dalamnya. Yup, saya termakan iklan.
***
Indonesia merupakan penghasil rempah terbesar dunia, jamu khususnya. Itulah sebabnya VOC betah tinggal (baca: mengeruk kekayaan rempah) di sini, bahkan ketika mereka sudah pergi dan datang kembali untuk perundingan Konferensi Linggarjati. Kemudian berlanjut pada pelanggaran dalam perundingan oleh, Gubernur Jendral H.J. Van Mook, bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian Linggarjati.
Ini terbukti bahwa rempah-rempah yang kemudian juga bisa dijadikan jamu sungguh melimpah, contohnya Jamu Jago sudah berdiri sejak 1918 di Semarang. Salah satu yang membuat Jamu Jago tetap bertahan sampai sekarang (yang saya dapatkan dari situs resmi mereka) adalah sebuah falsafah tradisional jawa, Getok Tular, sekali getok kemudian menular. Atau lebih dikenal dalam dunia marketing modern adalah word-of-mouth marketing. Getok Tular merupakan cara komunikasi tradisional masyarakat Jawa. Penyebaran informasi dilakukan dari mulut ke mulut, dari satu orang ke banyak orang lainnya (dan sekarang lebih banyak dilakukan oleh, Mbakyu, penjual jamu gendong).
Membangun kepercayaan di negeri ini tidaklah sulit, karena keramahan masyarakatnya sudah bisa terjalin sebuah kepercayaan yang tinggi. Sebuah penelitian tahun 2010, menyatakan bahwa 89 persen dari 2000 konsumen di lima kota besar Indonesia lebih mempercayai rekomendasi dari teman ataupun keluarga pada saat memutuskan untuk membeli sebuah produk.
***
Ketika prosesi Getok Tular sudah jarang (lagi) digunakan, karena banyaknya para produsen memilih mengiklankan produknya lewat sektor telekomunikasi harian, televisi; surat kabar; dan lain-lain. Saya merasakan prosesi komunikasi Getok Tular di razia #TKP_isatBGR di SMAN 2 Cibinong, Smavo. Berbeda dengan teman-teman @StandUpIndo_BGR yang terlampau Optimis mengadakan acara ini, pesimistis adalah keraguan saya di awal, karena terdengar kabar hanya ada satu orang yang (sudah) mendaftarkan diri untuk audisi. Bukan cuma itu saja, karena di sana juga sedang ada event dari anggota rohis, katanya.
Setahu saya, membuat acara di satu sekolah dengan ada dua kegiatan yang berlangsung bersamaan itu sulit. Walaupun saya juga tahu, dari dulu, acara rohis memang sepi peminat (sekalipun di sekolah islam internasional) tapi, nasi sudah terlampau dinaikkan ke dandang dan kita tinggal menunggunya matang.
Sekitar jam 12 siang, para buruh @StandUpIndo_BGR (@HadaHitut, @DetectiveFerry, @ridwanremin, @bahhhri, @Koide_Namizo, @DedeKendor, @pandaikata, @CahyadiAnugrah, @fazarwarmit, dan saya sendiri) sudah tiba di lokasi untuk razia #TKP_isatBGR. Pasang sana-sini atribut supaya siswa-siswi yang lain tahu, bongkar-pasang tempat audisi, dan photo-photo khususnya telah selesai tinggal menunggu acara dimulai.
Satu demi satu siswa berdatangan. Antusias akan razia #TKP_isatBGR semakin tak terbendung. Para siswa Smavo banyak yang mendaftar audisi, bahkan ada yang dibayarin sama temannya untuk ikut (saya tahu, ini tak beda dengan pencalonan ketua RT di mana-pun). Terbukti, ada 29 pelajar yang mendaftar dan 28 di antaranya ikut audisi. Entah mistik apa yang digunakan oleh team @StandUpIndo_BGR dan @indosatBogor, tapi di sini saya baru tau alasan mereka semua pesimis. Perlu kalian ketahui, tidak hanya siswa Smavo yang ikut audisi kala itu, ada empat orang pelajar dari Jakarta Timur dan seorang pelajar perempuan dari Dermaga (ini juga perlu kalian tahu, dermaga itu jauh sekali dari Cibinong. Saya pernah ke sana menggunakan kendaran umum dan saya tidur– mimpi sampai lima kali –tapi tak kunjung sampai).
Dari dua kelas yang dijadikan satu untuk tempat audisi, penuh oleh penonton. Mereka rela lesehan selama acara berlangsung. Saya juga ingat ucapan Bang @rifkygusti, “Acara stand-up comedy baru efektif jika durasinya tak lebih dari dua jam.” Dan itu nampaknya dipatahkan saat razia di Smavo, tiga jam lebih plus penampilan asyik dari dua komika hebat @ridwanremin dan @DetectiveFerry juga satu komika yang membuat logika tunduk padanya, @fazarwarmit dari @StandUpIndo_BGR.
Lima pelajar teringkus razia #TKP_isatBGR oleh juri, dua di antara mendapat Gold Ticket untuk masuk semi-final, @wandadaniputra (Ketua Serikat TU Sekolah Indonesia) dan @UcupBengsin (Jak-Tim). Pula, tiga di antara mendapat Wild Card– mendapat kesempatan untuk audisi ulang di Bull_wing 30 Agustus mendatang –yaitu @RahmatAbabil (Jak-Tim), @estumnp (Dermaga), dan @Helmi_AA, satu-satunya pelajar dari Smavo
That’s a wonderful antusisme. Baik dari pihak sekolah, penonton, pendukung, peserta audisi dan pihak penyelengara. Sedikit meminjam sambutan sebelum razia dimulai oleh pemuda setempat (baca: pembina osis), “Semoga dengan acara ini bisa melahirkan komika hebat dari Cibinong dan sekitarnya, untuk bisa bersaing dengan komika lain di sana (Jakarta).” Saya sepakat, karena setiap event melahirkan harapan. Harapan yang siap disusun untuk menyongsong masa depan.