DISATU malam, di ruang makan, dengan tayangan televisi yang mungkin begitu-begitu saja, saya gonta-ganti saluran televisi yang bisa menyelamatkan diri dari hedon-nya akhir pekan.
Sungguh menyiksa jadi seorang jomblo di akhir pekan tanpa pertandingan sepak bola. Karena memang hanya itu satu-satunya hiburan.
Saya berhenti disalah satu saluran yang saya sudah jarang jumpai, Indosiar. Layaknya acara musik diberbagai TV Swasta Nasional, penyanyi bergaya heboh, tapi lipsing. Penari bergoyang seperti ada yang mendendang, padahal itu hanya rekaman. Penonton dengan seksama menyaksikan seakan itu pertunjukan yang mengagumkan, ternyata mereka di sana mendapat bayaran.
Di pojok layar, ada tulisan yang samar-samar dan bertuliskan: Gebyar BCA. Jujur, saya terkejut. Program ini masih bertahan di Indosiar walau sahamnya sudah dibeli SCTV.
Bukan soal tayangannya, tapi ini soal loyalitas pihak sponsor mendanai acara tersebut.
Pada saat itu pula, saya langsung bergegas ke perpustakaan Teras Baca, mengambil majalah lama, Majalah FORUM edisi 15 Desember 1997. Saya ingat, di sana ada sedikit profil dari pendiri Bank Central Asia (dulu namanya Central Bank Asia), Liem Sioe Liong atau Sudomo Salim.
***
Om Liem- demikian Ia akrab disapa -adalah salah seorang yang paling berpengaruh di Indonesia. Khususnya dibidang perbankan. Sosok beliau tidak bisa dipandang sebelah mata.
Diakhir tahun 1997,melalui sebuah berita burung dengan cepat tersebar. Om Liem meninggal dunia. Seperti efek domino. Masyarakat panik. Terjadi penarikan dana besar-besaran (rush) oleh nasabah Bank Central Asia (BCA) di Medan, Jakarta, dan kota-kota lainnya. Rush ini makin menghebat setelah kemudian muncul kabar sambungan kalau kantor BCA di Singapura ditutup dan akan dilikuidasi. (Majalah FORUM edisi 15 Desember 1997, hal: 88)
Saat itu umur saya masih enam tahun. Tapi, apa? Tayangan televisi saat itu hanya seputar perbankan. Saya tidak paham. Hingga akhirnya saya tahu kalau Om Liem bukan orang sembarangan.
Padahal Om Liem sedang di Singapura, menghadiri pernikahan anaknya. Mendengar kabar itu Om Liem segera pulang.
***
Sungguh ini kebutulan. Kalian percaya kebetulan? Saya percaya. Buktinya saya masih melihat pengantar surat yang sudah kerja di sana lebih dari 10 tahun. Kalau saja pengantar surat tidak percaya kebetulan, pasti ia tidak akan bertahan. Kebetulan orang yang menerima suratnya sedang di rumah. Kebetulan orangnya baik dan sempat diajak makan di rumahnya. Semua kebetulan. Kali ini saya juga kebetulan bisa ngintip Razia #TKP_isatBGR semuanya. Datang dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Lima hari tanpa berhenti.
Pula, secara kebetulan saya dan pastinya para peserta audisi TKP_isatBGR percaya isu-isu yang dibuat Stand-up Indo Bogor dan Indosat Bogor. Kalau nanti akan merazia punch-line para pelajar peserta audisi. Tak hanya itu, setiap sekolah yang didatangi tak pernah sepi penonton. Lagi, ini karena isu yang dibuat.
Di SMAN 2 Cibinong, penonton membludak, peserta audisi yang siap dirazia punch-line -nya tak kalah banyak. Ada 29 pelajar yang daftar. Kebetulan komando dipegang oleh PanGoblog, host hari itu, Cahyadi Anugerah dan Lingga Wastu. Kebetulan mereka semua lucu, walau hanya terjaring dua peserta yang melenggang ke Semi-Final: Wanda dan Henry. Juga satu peserta favorit yang dapatkan hadiah dari Indosat Bogor. Lalu ditutup dengan manis oleh komika senior Stand-up Indo Bogor: Ridwan Remin, Ferry Ardilesmana, dan Fajar Ramadan.
Di SMAN 6 Bogor, kental sekali akan kekeluargaanya, persahabatannya, juga crowd yang lahir di sana. Saya percaya, mereka juga pasti dapat isu yang sama: Akan ada Razia TKP_isatBGR. Karena itu para pelajar di SMAN 6 Bogor sampai menjemput temannya yang sedang sakit di rumah untuk sekedar di razia punch-line -nya. Lalu, keluarlah satu nama: Saeful Fahmi.
Di SMAN 2 Bogor, penonton di sana lebih fanatik daripada penonton dangdut. Satu jam sebelum dimulai, mereka sudah duduk manis di dalam ruangan. Aula penuh. Enam pelajar di razia dan dua nama yang akan membawa nama besar SMANDA di TKP_isatBGR: Maulana dan Arief S.
Di SMAN 1 Bogor, di mana siswa-siswa terbaik Bogor berkumpul di sana. Razia teramat sulit karena mereka adalah orang-orang terbaik. Tapi, hanya ada satu nama yang terjaring razia: Ibnu. Penampilannya kala itu membuat aula mereka yang letaknya di lantai paling atas seperti ingin rubuh.
Di SMAN 4 Bogor, mungkin ini satu-satu sekolah yang aktif melakukan open mic di sekolahnya. Pelajar yang ingin di razia seakan orang-orang lama yang sudah punya pengalaman sebelumnya. Mereka semua hebat. Namun sayang, hanya ada dua golden ticket yang mesti diperebutkan. Dua orang terbaik itu: Gesty Dwi dan Arief Faturrahman.
Di Bull Wings, tempat terakhir. Para peserta yang tidak bisa lolos menguji peruntungannya di sini. Seluruh pelajar yang mendapat Wild Card membawa pasukannya masing-masing. Masih tersisa delapan golden ticket. Saya tahu, juri pasti bingung memilihnya. Inilah para pelajar terbaik yang kebetulan kurang baik nasibnya dulu saat audisi. Lalu, suasana riuh saat pengumuman. Rahmat, pelajar dari Jakarta; Abi, mewakili SMAN 3 Bogor; Bagas dan Fakhry, dari SMAN 1 Bogor; Nizar Zulmi, dari SMAN 4 Bogor; Fajar Shabana, SMAN 7 Bogor; dan Vicky dari SMA Bosowa Bina Insani. O ya, ada yang terakhir, si mungil dari SMAN 2 Cibinong juga lolos ke Semi-Final.
Ke-16 nama itu siap diadu di Semi-final nanti di Bull Wings. Membawa senjata masing-masing demi mengharumkan sekolahnya.
***
Memang menurut beberapa ahli komunikasi, masyarakat Indonesia sebenarnya belum maju karena mereka masih percaya kepada isu, misteri, image seseorang dan mistik pribadi. Tapi ini bukan soal maju atau mundurnya masyarakat Indonesia, namun ini adalah soal penyampaiannya dan kemasannya. Ketika isu atau kabar burung dikemas semenarik mungkin, maka di sana lahir suatu kepercayaan. Isu dibuat secara persuasif.
Sekarang, saya tinggal menikmati pertarungan para Komika Pelajar ini melemparkan punch-line, menghibur dan membuat tertawa semua. Hingga nanti berceceran air mata karena mules tertawa atau air liur karena terpana.
Pula, saya dapatkan isu terhangat. Bahwa akhir dari semua perjalanan panjang ini adalah panggung megah Stand-up Nite Bogor. Dan, Kemal Palevi, akan menemani sang juara Tarung Komika Pelajar untuk berbagi panggung dengannya.
Indonesia saja bisa dibuat ketar-ketir oleh isu meninggalnya Om Liem kala itu. Apalagi nanti, di semua rangkaian acara TKP_isatBGR pasti sarat akan gengsi dan jati diri. Lebih menakutkan dari krisis moneter.