Seorang pahlawan, adalah tokoh utama dalam setiap cerita atau peristiwa. Dan, seorang pahlawan yang tak terkalahkan itu butuh disisipi drama agar kisah heroiknya bisa meninggalkan kesan bagi penikmatnya. Dalam olahraga, para pahlawan biasanya kenakan nomor punggung 10. Entah apa maksudnya, yang jelas Diego Maradona maupun Hanamichi Sakuragi, ialah Sang Empu-nya nomor 10. Mereka pahlawan yang tak akan habis disisipi drama.
***
Piala Dunia 1986 adalah salah satu drama terbesar dalam sejarah sepakbola. Maradona dan Tangan Tuhan-nya menjadi perbincangan besar-besaran di mana-mana. Bagaimana tidak, pada babak perempat final melawan Inggris, Maradona membuat dua gol dalam kurun waktu 10′ menit. Sulit dinalar dengan kewajaran. Gol pertama, Maradona buat dalam waktu 10′ detik. Ia berlari (lebih terlihat seperti menari di lapangan) dari tengah lapangan membawa bola sendiri dan melewati lima pemain Inggris. Namun, yang membuatnya istimewa adalah tidak hanya lima pemain, melainkan ditambah satu kiper Ia lewati. Boom. Selang beberapa menit, lahir lagi gol kedua, Maradona mendapat umpan silang dari sisi kiri pertahanan Inggris dan dengan satu lompatan, Tangan Tuhan menyusur di antara dirinya dan Peter Shilton, kiper Inggris ketika itu.
Maradona dibopong sambil mengangkat trofi Piala Dunia kedua bagi Argentina. Ia dianggap Dewa bagi sebagian pemuja gol ‘Tangan Tuhan’-nya. Di Rosario, Argentina, Maradona dibuatkan gereja khusus, namanya Iglessia Maradona atau Gereja Maradona. Sebagai mana umat Kristiani memiliki ‘Doa Bapak Kami’, maka para pemuja ‘Tangan Tuhan’-nya pun punya.
Rasanya kurang lengkap jika membicarakan Sang Empu-nya nomor 10 tapi, tidak membicarakan Hanamichi Sakuragi. Kegigihannya untuk mendapatkan cinta dari adik kandung Gori perlu diacungi jempol. Jika pernah dengar istilah, cinta itu buta, maka di kisah Slam Dunk! adalah bentuk nyatanya. Cinta memang sering ditanyakan tapi, jarang dipertanyakan. Itulah gilanya Hanamichi Sakuragi pada tim bola basketnya yang membawanya caper pada Haruko Akagi –yang saat itu menyukai Rukawa, teman sekaligus lawan di timnya– dan pertandingan-pertandingan yang sengit sampai Shhoku juara.
Tanpa Hanamichi, Shhoku tidak bisa juara! Ia pemilik nomor 10.
Membicarakan tentang orang dan tokoh pemilik nomor 10, saya rasa hambar tanpa menyebut fajarnugraa. Ia adalah Komika yang siap membuat para seniornya kelak ketar-ketir. Mungkin begitu yang dapat saya gambarkan tentang fajarnugraa dari tweet TehNit saat menyaksikan #BlueNiteBGR.
Bulan ini, di #StreetComedy4 fajarnugraa adalah satu-satunya finalis wakil Bogor. Dengan format yang baru dari para tetuah StandUpIndo, kini hanya final saja yang diadu di puncak acara. Berbeda dengan tahun lalu dan tahun-tahun dulu. Bersama 23 komika lain dari seluruh Indonesia, fajarnugraa mendapat giliran tampil ke-10 (seperti yang dilansir oleh Awwe lewat akun twitternya).
Tolong ingatkan kalau pembacaan saya tentang fajarnugraa ini berlebihan.
Hampir dua tahun yang lalu, itu kali pertama saya bertemu dengannya (di sosial media, Pesbuk). Boro-boro kenal, dulu, bagi saya orang-orang yang sering menanyakan tentang stand-up comedy di Pesbuk, ialah para pencibir tak bertuan. Ia senang menanyakan tapi, tidak juntrung datang buat open mic.
Saya berikan kontak saja supaya tidak ada pertanyaan-pertanyaan aneh tentang stand-up comedy berikutnya.
Hari sabtu, ketika dulu open mic StandUp Unida kebagian dapet tempat di salah satu rumah makan di sekitaran Ciawi, hujan. Meski jaraknya tidak jauh dari Unida, namun saya mesti ke sana sambil membawa peralatan (menggotong sound system, mic, kabel gulung, dll) jadi terasa jauh dan lama. Ketika sampai, hanya ada satu laki-laki kusam mengenakan jarsey Chelsea –saya menduganya orang ini tersasar saat ada Nobar. Oh, itu fajarnugraa. Katanya cukup lama Ia menunggu di sana sampai akhirnya saya tiba. Ia menunggu untuk benar-benar ingin latihan. Bagi saya, itu seperti para atlet China yang suka sekali pemanasan terlebih dulu sebelum latihan sungguhan dimulai. Makanya atlet China 10 tahun ini terlihat menguasai beragam cabang dan bidang olahraga. Yang mereka lakukan ketika menunggu adalah latihan.
Dua-tiga kali open mic, saya juntrungin fajarnugraa ke audisi Blue Nite Bogor. Layaknya gol pertama Maradona, Ia melewati lima pendahulunya di Unida sekaligus dan satu komika Bogor –yang tidak ingin saya sebutkan namanya. Fajarnugraa terpilih atas pertimbangan yang entah berat ke mana. Lalu, keajaiban seperti tak ada yang menduga, Sang Empu pemilik nomor 10 dari Argentina, Maradona, seakan meminjamkan ‘Tangan Tuhan’-nya pada fajarnugraa di panggung #BlueNiteBGR. Tangan yang ia gunakan memegangi mic, buatnya pecah mengila. Segila-gilanya.
Ia lama menghilang, namun kini telah kembali dengan amunisi (lelucon) baru. Katanya, Ia sedang bertapa. Seperti drama kenabian saja; bertapa dalam goa menunggu wahyu datang dari Surga. berdiam diri dan hanya ditemani kesendirian juga kesunyian.
Kemunculan fajarnugraa kelak akan membuat para senior di dunia Stand-Up Comedy ketar-ketir. Dengan memegang nomor urut 10, mungkin ia akan tampil seperti para Sang Empu lainnya –Maradona dan Hanamichi Sakuragi.
Perpustakaan Teras Baca, 04 Juni 2014
Photo: Dewangeee